Selasa, 8 Desember 2009 | 20:10 WIB Laporan wartawan KOMPAS Mohamad Final Daeng
YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Sekitar 18.000 sekolah di Indonesia telah tersambung dengan sistem internet jaringan pendidikan nasional (Jardiknas) yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional sejak 2007. Hal ini menjadi fondasi awal mewujudkan e-learning atau belajar berbasis elektronik di Indonesia pada masa depan.
Hal tersebut dikemukakan Sekretaris Jenderal Depdiknas Doddy Nandika dalam jumpa pers menjelang International Symposium on Open, Distance, and E-Learning (ISODEL) 2009 di Yogyakarta, Selasa (8/12/09).
Dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, akan sulit mengangkat mutu pendidikan secara serentak, khususnya di daerah-daerah terpencil, jika tidak ada lompatan besar dalam teknologi, kata Doddy.
Dengan Jardiknas, kata Doddy, di masa depan hambatan geografis dan infrastruktur pendidikan seperti tenaga pengajar dan buku-buku berkualitas bagi masyarakat terpencil bisa diatasi. Siswa didik di Jakarta dan di pelosok Papua bisa mendapatkan kualitas pendidikan yang sama, katanya.
Selama ini, Jardiknas telah dimanfaatkan untuk pengumpulan laporan keuangan pendidikan tiap daerah, pengelolaan barang milik negara, serta pengadaan lelang barang pendidikan secara online. Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Depdiknas Lili Gani mengatakan, kendala terbesar integrasi sekolah-sekolah dengan sistem Jardiknas adalah permasalahan infrastruktur dasar, seperti listrik, telepon, dan jaringan internet.
Dodi menambahkan, di daerah-daerah terpencil infrastruktur-infrastruktur dasar tersebut masih banyak yang belum tersedia. Padahal, total sekolah yang ada di Indonesia mencapai sekitar 300.000 unit dari jenjang dasar sampai atas.
Selain itu, kendala lainnya adalah teknologi informasi yang belum menjadi budaya bagi guru-guru di Indonesia. Untuk guru-guru yang muda, hal itu mungkin tidak menjadi masalah. Tapi, bagi guru-guru senior, mereka banyak yang belum aware dengan internet, katanya.
Mengenai pembelajaran jarak jauh, Lili mengatakan, saat ini baru diterapkan untuk tingkat Universitas Terbuka. Dengan simposium ISODEL kita berharap bisa mendapatkan masukan dari negara-negara yang telah menerapkan pembelajaran jarak jauh dengan e-learning ini, katanya.
ISODEL akan dilaksanakan pada 9-10 Desember di Yogyakarta dan diikuti oleh 568 peserta dari 16 negara. Acara ini menghadirkan 48 pembicara untuk membahas berbagai persoalan terkait pengembangan teknologi informasi dalam dunia pendidikan.
Editor: latief
Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/12/08/
20103641/18.000.sekolah.telah.tersambung.jardiknasompas.Com
Read rest of entry
YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Sekitar 18.000 sekolah di Indonesia telah tersambung dengan sistem internet jaringan pendidikan nasional (Jardiknas) yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional sejak 2007. Hal ini menjadi fondasi awal mewujudkan e-learning atau belajar berbasis elektronik di Indonesia pada masa depan.
Hal tersebut dikemukakan Sekretaris Jenderal Depdiknas Doddy Nandika dalam jumpa pers menjelang International Symposium on Open, Distance, and E-Learning (ISODEL) 2009 di Yogyakarta, Selasa (8/12/09).
Dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, akan sulit mengangkat mutu pendidikan secara serentak, khususnya di daerah-daerah terpencil, jika tidak ada lompatan besar dalam teknologi, kata Doddy.
Dengan Jardiknas, kata Doddy, di masa depan hambatan geografis dan infrastruktur pendidikan seperti tenaga pengajar dan buku-buku berkualitas bagi masyarakat terpencil bisa diatasi. Siswa didik di Jakarta dan di pelosok Papua bisa mendapatkan kualitas pendidikan yang sama, katanya.
Selama ini, Jardiknas telah dimanfaatkan untuk pengumpulan laporan keuangan pendidikan tiap daerah, pengelolaan barang milik negara, serta pengadaan lelang barang pendidikan secara online. Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Depdiknas Lili Gani mengatakan, kendala terbesar integrasi sekolah-sekolah dengan sistem Jardiknas adalah permasalahan infrastruktur dasar, seperti listrik, telepon, dan jaringan internet.
Dodi menambahkan, di daerah-daerah terpencil infrastruktur-infrastruktur dasar tersebut masih banyak yang belum tersedia. Padahal, total sekolah yang ada di Indonesia mencapai sekitar 300.000 unit dari jenjang dasar sampai atas.
Selain itu, kendala lainnya adalah teknologi informasi yang belum menjadi budaya bagi guru-guru di Indonesia. Untuk guru-guru yang muda, hal itu mungkin tidak menjadi masalah. Tapi, bagi guru-guru senior, mereka banyak yang belum aware dengan internet, katanya.
Mengenai pembelajaran jarak jauh, Lili mengatakan, saat ini baru diterapkan untuk tingkat Universitas Terbuka. Dengan simposium ISODEL kita berharap bisa mendapatkan masukan dari negara-negara yang telah menerapkan pembelajaran jarak jauh dengan e-learning ini, katanya.
ISODEL akan dilaksanakan pada 9-10 Desember di Yogyakarta dan diikuti oleh 568 peserta dari 16 negara. Acara ini menghadirkan 48 pembicara untuk membahas berbagai persoalan terkait pengembangan teknologi informasi dalam dunia pendidikan.
Editor: latief
Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/12/08/
20103641/18.000.sekolah.telah.tersambung.jardiknasompas.Com